7.4.09

visualisasi dalam desain urban



[ 1 ] ...

Secara historis, kota tidak hanya merepresentasikan kumpulan bangunan, tetapi juga sebuah perwujudan kosmologi peradaban. Pentingnya dinding yang mengelilingi kota tidak hanya berorientasi untuk perlindungan, tetapi juga sebagai sebuah garis yang memisahkan peradaban dengan dunia liar, antara pengetahuan dan misteri.

Pentingnya geometri dalam konteks historis adalah bahwa ia merupakan perwujudan makna-makna.

Para desainer urban kontemporer dihadapkan pada kota dengan sistem-sistem pergerakan dan informasi yang saling overlapping yang kemudian membuat pembacaan kota melalui geometri menjadi tidak relevan lagi. Selalu terdapat diskusi aktif mengenai peran bentukan fisik dalam mewujudkan mobilitas dan informasi.

Pada umumnya, isu visualisasi urban berfokus pada dua permasalahan, yaitu proses grafis secara cerdas, dan kumpulan data yang sangat besar jumlahnya. Kita telah melihat bagaimana prinsip yang dikemukakan lynch dalam The Image of the City dapat diterapkan dalam permasalahan yang ada. Sangat banyak referensi yang dapat dilihat, terkait bagaimana data yang super banyak dengan diversitas yang tinggi dapat diintegrasikan dan divisualisasikan secara unik.
Yang akan disinggung di sini adalah survey atas posisi teori desain dan kemungkinan aplikasinya pada konsep-konsep alternatif visualisasi urban.

Tentunya terdapat beberapa hal yang harus dijelaskan terlebih dahulu.
Pertama adalah bahwa kita lebih tertarik pada urban design, bukan urban planning. Perbedaan yang signifikan antara keduanya adlah bahwa planning cenderung fokus pada isu-isu kebijakan, sementara desain urban lebih fokus pada bentuk fisik kota. Keduanya dapat digabungkan, tentu saja. Tetapi tampaknya dalam proses analitis lebih baik keduanya dipisahkan terlebih dahulu.
Kedua, tentunya ini bukanlah sebuah survey historis. Ketertarikan kita pada teori yang ada lebih pada peran yang dapat mereka sumbangkan bagi pembentukan legibilitas kota, yang memiliki potensi dalam intervensi ruang kota dan bukan sekedar solusi yang sifatnya utopia.
Ketiga, minat kita pada khususnya adalah ketertarikan terhadap perilaku bagaimana skema teori yang ada dapat diterapkan sebagai prinsip dalam visualisasi lingkungan urban yang kompleks.


[ 2 ] ... pemetaan kognitif

Bagaimana kita menyederhanakan lingkungan urban yang kompleks ke dalam pikiran kita?

pendekatan pemetaan kognitif atau cognitive mapping didasarkan pada metode perseptual dimana kita menstrukturkan dan kemudian menyimpan persepsi spasial kita. E.C. Tolman pada 1948 memperkenalkan ide peta kognitif dan penjelasan proses psikologis secara umum. Pendekatan ini kemudian diidentifikasi secara lebih komprehensif oleh Kevin Lynch, salah satu perencana paling ternama Amerika, yang mempelajari kota dengan konsentrasi pada persepsi manusia dan navigasi. lynch mempublikasikan The Image of the City pada 1960 dengan ide sentral pada "imagability" yang mempelajari elemen persepsi kota dan elemen kognitifnya.

Pekerjaan Lynch memberi teknik dasar untuk mengerti peta mental dari sebuah kota dengan cara: menyadari bahwa lansekap kota memiliki elemen yang dapat didefinisikan, yang oleh Lynch didefinisikan sebagai paths, edges, districts, nodes, dan landmarks. Elemen-elemen ini merupakan penjabaran deskriptif dari organisasi ruang urban, dan merupakan sebuah metode universal dalam navigasi dalam kota. Lynch percaya bahwa elemen-elemen ini juga terkait secara langsung dengan bentuk, organisasi, dan fungsi yang ada dalam kota. Lynch mempelajari kota-kota dengan organisasi spasial yang berbeda-beda seperti Boston, New Jersey, dan LA untuk mencoba metodenya dalam memvisualisasi bentuk dalam skala urban. Melalui metode ini, setiap kota dapat diidentifikasi melalui lima elemen yang telah disebutkan.

Ide Lynch akan peta kognitif cukup terkembangkan dengan baik untuk membaca visualisasi urban eksisting dan dunia virtual yang tersirat. Kelima elemen yang dijelaskan Lynch dapat diimplementasikan ke dalam model urban yang kompleks melalui unit-unit kognitif. Contohnya adalah bahwa distrik dapat diidentifikasi oleh repetisi blok atau geometri bangunan, atau melalui identifikasi edges. Dalam pendekatan ini, peta kognitif akan terlihat dalam gambaran yang planar/ dua dimensi; hanya landmark yang sifatnya tiga dimensi.


[ 3 ] ... pendekatan eksperiensial/ pengalaman ruang

bagaimana pengalaman pergerakan membuka pencerahan akan ruang kota dan membentuk kota?

kota terkadang kita pahami sebagai bentukan lansekap yang terkonstruksi, sebuah pandangan yang membuka jalan pendalaman visual terhadap lingkungan urban. Pandangan ini terkadang diasosiasikan dengan picturesque dalam desain taman kota.

seorang arsitek Inggris Gordon Cullen menjabarkan pendekatan pengalaman ruang dalam bukunya, Townscape (1961), sebuah kumpulan gambar-gambar dan essay yang mengekspresikan kota dengan cara 'membongkar' gambar yang ditangkap mata manusia. Kebanyakan contoh yang ia kemukakan adalah kota-kota kecil di Inggris yang pertumbuhannya incremental.

Cullen mengkonsepkan kota sebagai sebuah panggung hubungan yang kompleks. Ia berpendapat bahwa terdapat banyak elemen yang berperan dalam pembentukan lingkungan: bangunan, pepohonan, lingkungan natural, elemen air, lalu lintas, reklame, dan sebagainya, yang bergabung bersama, menghasilkan suatu kombinasi yang membentuk sebuah drama visual. Cullen tidak percaya bahwa proses menjabarkan dan mengerti kota dapat diperoleh melalui pendekatan yang sifatnya teknis atau scientific, tetapi dapat diperoleh melalui sebuah proses pemaknaan visual.

Pendekatan pengalaman ruang yang ia ajukan menggunakan tiga elemen yang bertujuan untuk menganalisa lingkungan yang kompleks atau "townscape": optik, tempat/place, serta kandungan/ content. ia memperkenalkan optik sebagai konsep serial vision, dimana pergerakan dalam sebuah kecepatan yang tetap menyusuri lingkungan urban menghasilkan dua hal, yaitu pandangan eksisting dan kemungkinan pandangan yang mungkin muncul dalam sebuah serial. Pergerakan di dalam lingkungan urban ini menghasilkan sebuah serial "jerks and revelations".

Tempat/place mengacu kepada sebuah pengalaman plastis, sebuah perjalanan melalui 'tekanan' dan 'kekosongan', melalui 'pressures' dan 'vacuums'. Cullen mendaftar sebuah set kualitas dari sebuah townscape yang menghasilkan sebuah sense of place, seperti enclosure, gateway, perubahan level, penyempitan, dan sebagainya. Dengan ini, seseorang akan dapat mengidentifikasikan ruang dimana ia berada, dan menciptakan 'disini' dan 'disana'. Sebagai contoh, sebuah tempat akan sangat terasa saat seseorang berada di pinggir jurang, atau berada di dalam sebuah terowongan, misalnya.

kandungan/ content mengacu kepada permukaan sebuah tempat yang mengandung organisasi visual tertentu melalui gaya/style, tekstur, material, dan warna. Pengenalan yang diberikan Cullen akan terkstur cukup unik; tidak melalui topik yang umum digunakan para teoritis urban lainnya, Cullen menghubungkan hal ini pada reaksi emosional yang muncul pada ruang kota melalui estetika.

Minat kita terhadap visualisasi urban oleh Cullen ini terpusat pada dua aspek pekerjaannya. Aspek fokus yang pertama adalah pada serial vision serta hubungan antara vision dan place. Kedua poin ini cukup menjanjikan, cukup memberi potensi penggunaan animasi sebagai alat mengkonsepkan ruang urban.
Aspek fokus yang kedua adalah "content", yang kita artikan sebagai tekstur dalam visualisasi urban. Beberapa percobaan telah dilakukan dalam buku Cullen, tetapi kita percaya bahwa sangat mungkin untuk menggunakan tekstur lebih dari sekedar pelengkap finishing dalam ruang urban.

No comments: